Myanmar 2017: Sule Pagoda

Sule Pagoda tampak luar
Pagoda Sule adalah sebuah stupa Burma yang terletak di jantung pusat kota Yangon yang berada di tengah kota dan memiliki peran penting dalam politik, ideologi, dan geografi Burma kontemporer.
Bangunan yang telah berusia lebih dari 2,000 tahun ini menjulang megah di pusat keramaian ibukota Myanmar, Yangon. Arsitekturnya yang unik berpadu dengan modernitas kota, menjadikannya lebih menarik bagi sebuah tujuan wisata.
Pagoda Sule berada persis di tengah-tengah kota. Karena lokasinya tersebut, oleh warganya maupun wisatawan yang berkunjung ke Yangon pagoda ini kerap di gunakan sebagai acuan sebuah lokasi di kota Yangon.
Bahkan oleh pemerintah Inggris, keberadaannya pernah dijadikan patokan pembangunan tata kota Yangon kala kota ini di perbaharui pada tahun 1880 setelah negara eropa tersebut menguasai Yangon pada tahun 1852.
Adalah Letnan Fraser dan Montgomery yang ditugaskan untuk melakukan restorasi kota. Gagasan ini pertama kali di kemukakan oleh Sir Arthur Phayre sebagai Komisioner Inggris di kota Yangon. Pekerjaan tersebut di mulai dengan memindahkanbanyak rumah ibadah yang berada di sekeliling pagoda. (wikipedia)

Sebelum hari H ke Yangon, gw sudah riset akan kemana aja selama di Yangon. Salah satunya adalaha Sule Pagoda. Karena hampir semua blog yang gw baca sebagai referensi isisnya selalu ada Sule Pagoda dan juga merupakan landmark dari kota Yangon.

Sule Pagoda sendiri letaknya itu di tengah-tengah, kaya Patung Bunderan HI, bisa diakses dari jalan mana aja. Kebetulan Hostel gw gak jaiuh dari Sule Pagoda, so gw bisa jalan kaki.  Ketika masuk jangan lupa lepas alas kaki yah, kita harus menghormati rumah ibadah. ada sih ibu yang jualan sajen yang terima jasa titip, tapi gw bawa kantong plastik sendiri. setelah naik tangga akan ada loket untuk beli tiket. Ketika gw masuk petugas yang jaga loket lagi gak ada, karena gw turis yang baik, gw nunggu dong, gak lama petugasnya datang, klo gak salah gw disuruh nulis apa gitu, trus di kasih kwitansi dan stiker (bisa diliat diphoto gw).

pas gw masuk hal yang terlintas di pikiran gw, lah kok mirip sama yang di Thailand. Dalamnya sih gak luas, bentuknya lingkaran gitu. Pas gw masuk ada cowok local, entah niatnya baik atau jelek, dia ngajak gw ke pancuran trus ngejelasin, klo basuh 3x semua doa akan terkabul, gw gak percaya lah, lah wong, gw sering doa minta jodoh tapi belum terkabul, nah ini cuma 3x. Trus gw bilang aja " No, Thank you" pergi lah tuh cowok. Setelah gw muter-muter ada turis lain, dan cowok itu deketin turis itu.
Setelah muter-muter, gw duduk deket orang sembahyang, lalu ada Bapak-Bapak Burmese ngajak ngobrol, 
B:Are you from Malaysia? 
Gw: No, I'm from Indonesia.
B: Soeharto
Gw: Ya, one of the president.

Dia tanya apa gw nonton panggung semalaman (baca: Myanmar 2017: Chrismast eve di Yangon), info dari Bapak itu, kalau panggung tersebut pertama kali di gelar setelah lepas dari rezim militer, dalam hati "pas banget moment gw dateng ke Yangon". Trus Bapak tsb ngejelasin bedanya Pagoda di Myanmar dan di Thailand, gw sih gak liat bedanya, kata Bapak tsb ada bedanya, cuma karena inggrisnya gak jelas jadi gw gak mudeng hehehhe (sorry Sir). Trus gw nanya, kok di Yangon gak ada motor sliweran, info dari dia juga, motor dilarang khusus di Yangon, karena pernah ada pengguna sepeda motor lempar bom ke mobil salah satu Jenderal. Bapak tsb juga nyaranin klo gw mesti ke Shwedagon, gw bilang iya, tapi nanti. Terus Bapak itu pamit pulang. Seneng  bisa ngobrol ma orang lokal.

Sembahyang
 




di photoin sama Ibu2 yang lewat

Entracee fee:
orang asing: 4000 kyat
Lokal: Gratis

***


Comments

Popular Posts